Thursday, December 11, 2008

Dzikir Tak Terbatas Waktu (1)


10. Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

كلمتان خفيفتان على اللسان ، ثقيلتان في الميزان ، حبيبتان إلى الرحمن : سبحان الله وبحمده ، سبحان الله العظيم

"Dua kalimah yang ringan diucap dengan lidah, berat timbangan pahalanya dan disenangi oleh Allah Yang Maha Pemurah: Subhanallah wa bihamdih (Maha suci Allah dan dengan kepujianNya) dan Subhanallahil 'Azim (Maha suci Allah dengan segala keagunganNya)."

- Hadis sahih diriwayatkan oleh Bukhari (6406, 6682, 7563), Muslim (dzikir dan doa / 31), at-Tirmizi (3467), Ibn Majah (3806), an-Nasa-i dalam kitab Amal Yaum wa Lailah dari hadis Abu Hurairah r.a.


11. Dari Abu Dzar radhiallahu'anhu:

قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم : (ألا أخبرك بأحب الكلام إلى الله تعالى ؟ إن أحب الكلام إلى الله : سبحان الله وبحمده) وفي رواية : سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم : أي الكلام أفضل ؟ قال : ما اصطفى الله لملائكته أو لعباده : سبحان الله وبحمده

"Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku: "Mahukah kamu aku beritahu sesuatu ucapan yang paling disukai oleh Allah Ta'ala? Sesungguhnya ucapan yang paling disukai oleh Allah: (ialah) Subhanallahi wabihamdih (Maha suci Allah dan dengan kepujianNya). Dalam riwayat lain, Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang bacaan yang paling utama, beliau bersabda, bacan yang telah dipilih oleh Allah untuk para MalaikatNya atau hamba-hambaNya, iaitu Subhanallahi wa bihamdih."

- Hadis sahih diriwayatkan oleh Muslim (dzikir dan doa / 84-65), Tirmizi (3593), dari hadis Abu Dzar al-Ghifari r.a.


12. Dari Samurah bin Jundab radhiallahu 'anhu, ia berkata:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أحب الكلام إلى الله تعالى أربع : سبحان الله ، والحمد لله ، ولا إله إلا الله ، والله أكبر ، لا يضرك بأيهن بدأت

"Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Bacaan yang paling disukai oleh Allah Ta'ala ada empat, iaitu Subhanallah (Maha suci Allah), walhamdulillah (dan segala puji bagi Allah), wa laa ilaa haillallah (dan tiada Ilah kecuali Allah), wallahu Akbar (dan Allah Maha Besar), tidak ada salahnya kalimah manapun yang kamu memulakan membacanya."

- Hadis sahih diriwayatkan oleh Muslim (Adab / 12) ada kelengkapan hadis tersebut dalam sahih Muslim, Ibn Majah (3811) dengan ringkas, An-Nasa-i dalam Amal Yaum wa Lailah.


13. Dari Abu Malik Al-Asy'ari radhiallahu'anhu, ia berkata:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (الطهور شطر الإيمان ، والحمد لله تملأ الميزان ، وسبحان الله والحمد لله تملآن ، أو تملأ - ما بين السموات والأرض

"Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda, " Bersuci sebahagian dari pada iman, bacaan Al-Hamdulillah (segala Puji bagi Allah) memenuhi timbangan amal, sedangkan Subhanallah walhamdulillah tamla'an, au tamla'u maa baynas samawati wal ardhi (Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah yang kebaikanNya memenuhi apa-apa yang ada di langit dan di bumi)."

- Hadis sahih riwayat Muslim (Thaharah / 1) dari hadis Abu Malik al-Asy'ari, dan diriwayatkan oleh Tirmizi (3517), An-Nasai dalam Amal Yaum wa Lailah.


14. Dari Juwairiyah Ummul Mukminin (Isteri Nabi sallallahu'alaihi wasallam):

"Sesungguhnya Nabi sallallahu 'alaihi wasallam keluar meninggalkan Juwairiyah pada awal pagi, ketika ia hendak melaksanakan solat subuh, sedangkan Juwairiyah duduk duduk di tempat solatnya, kemudian Nabi datang sesudah matahari timbul setinggi penggalah, sedangkan ia tetap duduk di tempat solatnya, Nabi bersabda, "Rupanya kamu tetap seperti aku tinggalkan tadi," Juwairiyah menjawab, "Ya, Nabi sallallahu'alihi wasallam bersabda lagi, "Sesungguhnya tadi aku setelah meninggalkanmu, saya telah membaca empat kalimat sebanyak tiga kali, jika kamu timbang amalan yang engkau baca tadi sampai sekarang tentu akan sebanding empat kalimat itu, kelimah-kalimat tersebut adalah:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَى نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ . وفي رواية: سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ سُبْحَانَ اللهِ رِضَى نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللهِ زِنََةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ

"Maha suci Allah dan segala puji bagiNya, sejumlah makhlukNya, seluas redhaNya, seberat ArasyNya, dan sebanyak tinta pencatat kalimatNya. Dan menurut riwayat lain: Maha suci Allah sebilang makhlukNya, Maha suci Allah seluas redhaNya, Maha suci Allah seberat ArasyNya dan Maha suci Allah sebanyak tinta pencatat amal kebaikanNya."

- Hadis sahih diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya (dzikir / 79), Ibnu Majah (3808) dari jalur Karib dari Ibnu Abbas r.anhuma, dari Juwairiyah.


15. Kami meriwayatkan dalam kitab At-Tirmizi dan lafaznya adalah: "Maukah kamu aku ajarkan kalimat yang akan kamu ucapkan nantinya,

سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ ، سُبْحَانَ اللهِ رِضَى نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللهِ رِضَى نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللهِ رِضَى نَفْسِهِ ، سُبْحَانَ اللهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللهِ زِنَةَ عَرْشِهِ ، سُبْحَانَ اللهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ سُبْحَانَ اللهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ سُبْحَانَ اللهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ

"Maha suci Allah sejumlah makhlukNya (sebanyak 3 kali), Maha suci Allah seluas keredhaanNya (sebanyak 3 kali), Maha suci Allah seberat ArasyNya (sebanyak 3 kali), Maha suci Allah sebanyak tinta amal kebaikanNya (sebanyak 3 kali)."

- Hadis sahih diriwayatkan oleh at-Tirmizi (3555) ia berkata, "Hadis hasan sahih", An-Nasa-i dalam kitab sunannya bab jenis lain daripada jumlah tasbih dan juga dalam amal yaum wa lailah, dan perkataannya "...dan sebanyak tinta amal kebaikanNya." Atau sepertimana dalam jumlah, atau bahawasanya hal itu tak terhingga, atau dalam jumlah pahala yang akan didapatinya tak terhingga.


16. Dari Abu Hurairah radhiallahu alnhu, ia berkata:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " لأَنْ أَقُوْلُ : سُبْحَانَ اللهِ ، وَالْحَمْدُ للهِ ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، وَاللهُ أَكْبَرُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ


"Rasulullah sallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Bila aku mengucapkan: Maha suci Allah segala buji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah dan Allah maha Besar, adalah lebih aku sukai daripada faedah yang terdapat disaat matahari terbit."

- Hadis sahih riwayat Muslim (dzikir dan doa / 32), at-Tirmizi (3597), An-Nasa-i dalam kitab Amal Yaum wa Lailah.


17. Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiallau'anhu:

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : مَن قال لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وُلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَئٍ قَدِيْرٌ عَشْرَ مَرَّاتٍ ، كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنفُسٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ


"Dari Nabi sallallahu'alaihi wasallam: siapa membaca, Tidak ada tuhan selain Allah, Dia yang Esa, tiada sekutu bagiNya, bagi kerajaanNya, bagiNya segala puji, Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu, Sebanyak10 kali, pahalanya adalah sama seperti orang yang memerdekakan empat orang budak dari keturunan Nabi Isma'il."

- Muttafaqun 'alaih, riwayat Bukhari (6404), dan Muslim (dzikir dan doa / 30).


18. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu: "Rasulullah sallallahu'alaihi wasallam bersabda: Barang siapa yang membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وُلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَئٍ قَدِيْرٌ

"Tidak ada tuhan selain Allah, Dia yang Esa, tiada sekutu bagiNya, bagi kerajaanNya, bagiNya segala puji, Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu," - pada suatu hari sebanyak 100 kali, adalah baginya kebaikan seperti memerdekakan sepuluh orang budak, dicatat pula baginya 100 kebaikan lainnya, dan dihapuskan darinya seratus macam kejahatan, Pada Hari itu ia terpelihara dari gangguan syaitan sehingga ke petang harinya, tidak ada seorang pun yang lebih baik darinya kecuali mereka yang beramal lebih banyak. Nabi sallallahu'alaihi wasallam bersabda lagi, "Barangsiapa yang membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

"Maha suci Allah dan dengan kepujianNya, - Sebanyak seratus kali, nescaya dihapukan kesalahan-kesalahannya sekalipun dosanya sebanyak buih dilautan."

- Muttafaqun'alaih, riwayat Bukhari dalam sahihnya (6403), Muslim (dzikir dan doa / 28), at-Tirmizi (3468), Ibn Majah (3798) dari hadis Abu Hurairah r.a.


19. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhu, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah sallallahu'alaih wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

"Sebaik-baik dzikir adalah dzikir Laa ilaaha illaLlah (tiada tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah)."

- Hadis hasan diriwayatkan oleh at-Tirmizi (3383), Ibn Majah (3800), melengkapi hadis keduanya: "Sebaik-baik doa adalah Al-Hamdulillah." Lihat as-Sahihah, Al-Albani (1497).


20. Dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiallahu 'anhu, dari Nabi sallallahu'alaihi wasallam:

مثل الذي يذكر ربه والذي لا يذكره ، مثل الحي والميت

"Perbandingan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir kepadaNya adalah seperti orang hidup dengan orang mati."

- Hadis sahih riwayat Bukhari (6407), dan Ibn Abi 'Ashim dalam kitab as-Sunnah (5/14).

MUQADDIMAH


1. Dari Umar bin Khatthab radhiallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

"Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung pada niatnya, setiap orang itu dinilai berdasarkan niat amalannya, barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya untuk meraih dunia atau untuk wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu dinilai berdasarkan apa-apa yang ingin ditujunya dalam berhijrah."

- Hadis sahih diriwayatkan oleh Bukhari dalam Sahih Bukhari (1, 54, 2529, 3898, 5070, 6689, 6953) Muslim dalam Sahih Muslim (Imarah / 155) sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dan para penulis kitab sunan yang empat, Ibn Hibban dan Ibn Khuzaimah dalam kitab Sahih keduanya dan lain-lain, dari Umar bin Khattab r.a. diantara sebahagian riwayat mereka ada yang menyendiri dalam menyebutkan kata a'mal atau niat, lafaz tersebut telah bercampur, semuanya bermakna hendaklah kita hanya meniatkan segala amalan dan ketaatan semata-mata kerana Allah.


2. Hadis Ibn Umar radhiallahu 'anhu. Ia berkata:

قَالَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا قَالُوْا : وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ : حِلَقُ الذِّكْرِ، فَإِنَّ لِلًّهِ تَعَالىَ سَيَّارَاتٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ يَطْلُبُونَ حِلَقَ الذِّكْرِ، فَإِذَا أَتَوْا عَلَيْهِمْ حَفُّوْا بِهِمْ

"Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Apabila kamu melewati kebun-kebun syurga, maka tempati dan nikmatilah olehmu, para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah apakah kebun syurga itu? Rasulullah menjawab, "Majlis-majlis dzikir, kerana Allah Ta'ala mempunyai kenderaan-kenderaan dari para malaikat yang selalu mencari majlis-majlis dzikir, apabila mereka datang ketempat itu, mereka duduk bersama-sama orang yang berdzikir tersebut."

- Diriwayatkan oleh Abu Naim dalam Hilliyyah Auliya' (6/354) dengan lafaz ini hingga perkataan "Halaqah dzikir", ia berkata: "hadis gharib dari Malik, kami tak menulisnya kecuali, dari hadis Muhammad bin Abdullah bin Amir. Al-Albani berkata: Saya tak mengetahuinya, aku khuwatir telah terjadi pemalsuan dalam namanya, hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmizi (3510), Ahmad bin Hanbal (3/150), Ibnu Uday dalam al-Kamil fi adh-Dhuafa (1/329), Abu Nu'aim dalam kitab Hilliyyah pada tempat lain (6/268), Al-Albani menyebutkan dalam sahihnya (2562), Sunan at-Tirmizi dengan kesaksian-kesaksiannya, lihat kitab Silsilah adh-Dha'ifah (1150).


3. Diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya dari Mu'awiyah radhiallahua'nhu:

خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم على حلقة من أصحابه فقال : " ما أجلسكم ؟ قالوا : جلسنا نذكر الله تعالى ونحمده على ما هدانا للإسلام ومن به علينا ، قال : الله ما أجلسكم إلا ذاك ؟ أما إني لم أستحلفكم تهمة لكم ، ولكنه أتاني جبريل فأخبرني أن الله تعالى يباهي بكم الملائكة

"Bahawasanya Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam keluar dari rumahnya menuju sebuah majlis tempat berkumpul sahabat-sahabatnya, beliau sallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Mengapa kamu duduk-duduk bersama di sini?" Mereka menjawab, "Kami duduk di sini berdzikir mengingat Allah Ta'ala dan bertahmid mengucapkan puji kehadhrat-Nya atas hidayat dan nikmat yang diberikan kepada kami sehingga memeluk agama Islam," Nabi bersabda, "Demi Allah, apakah benar kamu duduk disini hanya kerana itu?" Sesungguhnya aku tidak meminta kepada kamu untuk bersumpah kerana menaruh curiga, tetapi Jibril telah dating kepadaku dan memberitahukan bahawasanya Allah Ta'ala membanggakan kamu dihadapan para malaikat."

- Hadis sahih diriwayatkan oleh Muslim dalam Sahih Muslim (dzikir / 40), at-Tirmizi (3379), an-Nasa-I (8/249), semuanya dari jalur Abu Utsman an-Nahdi dari Abu Said Al-Khudri r.a.


4. Diriwayatkan kepada kami dari sahih Muslim juga, sebuah hadis yang diriwatkan oleh Abu Said Al-Khudri radhiallahu 'anhu dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, keduanya menyaksikan Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

لا يقعد قوم يذكرون الله تعالى إلا حفتهم الملائكة وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم الله تعالى فيمن عنده

"Tiada satu kaum pun yang duduk-duduk sambil berdzikir kepada Allah Ta'ala, melainkan para malaikat datang mengelilingi dan menaungi mereka. Mereka diliputi dengan rahmat, ketenteraman turun menyertai mereka dan Allah Ta'ala menyebut mereka dihadapan para malaikat lain yang ada disisi-Nya."

- Hadis sahih diriwayatkan oleh Muslim (Dzikir, Doa dan Taubat / 39), at-Tirmizi (3378), Ibn majah (3791), Abu Daud (1455), dari hadis Abu Hurairah r.a.


5. Diriwayatkan di dalam kitab Sahih Bukhari dan sahih Muslim dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata,

نزلت هذه الآية (ولا تجهر بصلاتك ولا تخافت بها) في الدعاء

"Telah turun ayat ini, "…Dan janganlah kamu kuatkan suara dalam solatmu dan jangan pula kamu merendahkannya." (Al-Isra': 110), maksudnya pada doa yang terdapat dalam solat itu.

- Muttafaqun 'alaih, diriwayatkan oleh Bukhari (3423 & 6327) dan Muslim (solat / 146)


6. Diriwayatkan dalam kitab Sahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : " سبق المفردون ، قالوا : وما المفردون يا رسول الله ؟ قال : الذاكرون الله كثيرا والذاكرات

"Sesungguhnya Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Kaum mufarrid telah berada dibaris depan." Para sahabat lantas bertanya, "Wahai Rasulullah siapakah kaum mufarrid itu?" Nabi bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang selalu berdzikir pada Allah, baik lelaki ataupun wanita."


7. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri radhiallahu' anhu, Rasulullah sallallahu'alaihi wasallam bersabda:

إذا أيقظ الرجل أهله من الليل فصليا - أو صلى - ركعتين جميعا كتبا في الذاكرين الله كثيرا والذاكرات

"Apabila seseorang membangunkan keluarganya pada malam hari, lalu melaksanakan solat dua rakaat, ditulislah mereka berdua pada golongan orang-orang yang banyak berdzikir pada Allah."

- Hadis sahih diriwayatkan oleh Abu Daud (1309), an-Nasa-I dalam sunan al-Kubra sebagaimana yang terdapat dalam kitab Tuhfah al-Asyraf karya al-Mazi dalam kitab solat, diriwayatkan oleh Ibnu Majah.


8. Dari Aisyah radhiallahu'anha:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يتكئ في حجري وأنا حائض فيقرأ القرآن. رواه البخاري ومسلم. وفي رواية : ورأسه في حجري وأنا حائض

"Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersandar pada pangkuanku sedangkan aku dalam keadaan haid, maka ia pun membaca Al-Quran." Hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Menurut riwayat lain, "…dan kepalanya pada pangkuanku sedangkan aku dalam keadaan haid.

Dari Aisyah radhiallahu'anha, ia berkata:

إني لأقرأ حزبي وأنا مضطجعة على السرير

"Sesungguhnya aku membaca amalanku sedangkan aku berbaring di atas tempat tidurku."

- Muttafaqun 'alaih, Hadis riwayat Bukhari (297, 7549), Muslim (Haid / 15) dan perkataan Aisyah r.ha.


9. Di dalam Sahih Muslim diriwayatkan sebuah hadis dari Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

من نام عن حزبه أو عن شئ منه فقرأه ما بين صلاة الفجر وصلاة الظهر كتب له كأنما قرأه من الليل

"Barangsiapa yang tertidur dari kebiasaannya (iaitu kebiasaannya adalah) membaca hizib (amalan) atau sesudah dari padanya, lalu dia membacanya diantara solat subuh dan solat zohor, maka akan dituliskan untuknya seolah-olah dia membacanya pada waktu malam.

- Hadis sahih diriwayatkan oleh Muslim (Solat Muslim / 142), Abu Daud (1313), At-Tirmizi (581), An-Nasa-I (259/3), dan Ibn Majah (1343).


Tambahan

Al-Imam An-Nawawi berkata:

قال العلماء من المحدثين والفقهاء وغيرهم : يجوز ويستحب العمل في الفضائل والترغيب والترهيب بالحديث الضعيف ما لم يكن موضوعا

"Para ulama dari kalangan ahli hadis, ahli fiqh dan lainnya berkata: "Dibolehkan dan dianjurkan untuk beramal dengan amalan-amalan utama (fadha'il a'mal), dan memberi motivasi serta ancaman (targhib dan tarhib) dengan hadis yang lemah (dha'if) selagi ia bukan hadis palsu." (Lihat Al-Adzkar, hal 8)


Penjelasan

Masalah ini sebenarnya (yakni mengamalkan hadis fadhail a'mal) masih terdapat perbezaan pendapat dikalangan ulama. Terdapat juga para Imam yang tidak membolehkan beramal dengan hadis dha'if secara mutlak. Diantaranya ialah Ibn Mu'in, Bukhari, Muslim, Ibnu 'Arabi, Ibnu Hazm dan lain-lain. Sila rujuk perkataan Syeikh Al-Qasimi dalam Qawa'id At-Tahdits, hal 94 dan Tamamul Minnah oleh Syeikh Al-Albani, hal 34.

Al-Hafiz Ibn Hajar Al-'Asqalani r.h berkata:

"Telah terkenal oleh ahli ilmu meremehkan penggunaan hadis fadha'il (keutamaan) walaupun lemah, selagi tidak sampai maudhu'. Maka dari itu, disyaratkan bagi orang yang mengamalkannya meyakini hadis tersebut sememangnya dha'if dan tidak lazim diamalkan, agar tidak ada orang yang melaksanakan hadis dha'if kemudian mensyari'atkannya atau diduga oleh sebahagian orang-orang yang bodoh bahawa itu merupakan sunnah yang benar. Hal ini telah dijelaskan oleh Al-Ustaz Abu Muhammad bin Abdussalam dan yang lain. Hendaklah seseorang takut termasuk pada apa yang disabdakan Nabi s.a.w.,

كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع

"Cukuplah seseorang disebut sebagai pembohong apabila ia menceritakan setiap apa sahaja yang ia dengari. (yakni tanpa meneliti kesahihannya)" (Hadis riwayat Muslim, no: 5 dalam muqaddimah sahihnya)

Lalu bagaimana dengan orang yang melaksanakannya? Tidak ada perbezaan dalam melaksanakan sebuah hadis baik dalam masalah hokum maupun keutamaan (fadha'il), kerana semua tersebut adalah syari'at." (Tabyin Al-'Ajab, hal 3-4, lihat Tamamul Minnah oleh Syeikh Al-Albani, hal 35)

Wallahu a'lam…

Metodologi Penulisan


Dalam blog ini, saya kumpulkan hadis-hadis yang terkandung dalam kitab al-Adzkar oleh Imam An-Nawawi yang telah masyhur dikalangan masyarakat Islam dan ilmuan Islam hari ini. Amalan-amalan harian yang terdiri daripada zikir-zikir dan doa-doa pada keadaan-keadaan tertentu serta yang berkaitan dengannya semuanya berpedomankan hadis-hadis dari Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam.

Hadis-hadis yang dihidangkan di dalam blog ini semuanya adalah nukilan dari kitab "Al-Adzkar" yang mana syarahan dan penjelasan yang panjang tidak saya sertakan, demi untuk menarik minat pengunjung dan pembaca pada blog ini. Saya hanya sertakan takhrij daripada 'Ishamuddin Shababthi berdasarkan kitab-kitab Syeikhul Islam Muhammad Nasiruddin Al-Albani rahimahullah.

Semoga ianya memberi manfaat kepada kaum muslimin yang ingin mencari amalan-amalan harian Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam yang sahih.

Selamat menyemak...

Wednesday, December 10, 2008

Daftar Isi...

  1. Muqaddimah
  2. Dzikir Tak Terbatas Waktu
  3. Kitab Membaca Al-Qur'an
  4. Kitab Pujian Kepada Allah
  5. Kitab Membaca Selawat Pada Rasulullah s.a.w.
  6. Kitab Dzikir-Dzikir dan Doa-Doa Yang Dibaca Untuk Perkara-Perkara Tertentu
  7. Kitab Dzikir-Dzikir Yang DiBaca Bagi Orang Sakit Dan Orang Yang Meninggal
  8. Kitab Dzikir-Dzikir Yang Dibaca Saat Solat-Solat Khusus
  9. Kitab Dzikir-Dzikir Yang Dibaca Saat puasa
  10. Kitab Dzikir-Dzikir Yang Dibaca Saat Haji
  11. Kitab Dzikir Jihad
  12. Kitab Dzikir Bagi Musafir
  13. Kitab Dzikir Makan dan Minum
  14. Kitab Salam, Meminta Izin dan Mendoakan Orang Bersin Serta Hal Lain Yang Berhubung Dengannya
  15. Kitab Dzikir Dalam Pernikahan Dan Sekitarnya
  16. Kitab Nama-Nama
  17. Kitab Dzikir-Dzikir Yang Bermacam-macam
  18. Kitab Menjaga Lisan
  19. Kitab Seputar Doa-Doa
  20. Kitab Istighfar

Biografi Imam An-Nawawi*


Beliau ialah al-Imam, al-Allamah, Syeikhul Islam, al-Faqih, al-Zahid, al-Hafiz, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syirfu bin Mura bin Hasan bin Husin bin Muhammad bin Jum'ah bin Hizam an-Nawawi atau an-Nawaawi. Dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H dan telah khatam Qur'an. Beliau dilahirkan di kampungnya Hauran di syria dan dinasabkan tempat tersebut kepadanya. Beliau mula belajar al-Qur'an di kampung tersebut kemudian berhijrah ke Damsyik dan menetap di Madrasah Arrawahiyah.

Di sana beliau mula mempelajari fiqh dan usulnya, hadis dan ulumnya, nahu, saraf, ilmu tauhid dan ilmu mantiq. Beliau pergi menunaikan haji bersama bapanya dan menetap di Madinah al-Munawwarah selama sebulan setengah lalu beliau menjadi peneliti mazhab Syafi'i di zamannya.

Beliau adalah peneliti mazhabnya dan banyak menyaring kembali serta menyusun semula kitab-kitab tersebut sehingga tersebar ke seluruh dunia. Namanya menjadi sebutan dan menjadi imam yang tinggi darjatnya di seluruh alam. Beliau juga dikenali dengan penulisan-penulisannya yang masyhur, banyak mendatangkan manfaat dan barokah. Beliau berkata tentang dirinya: "Sebahagian datuk nenekku mendakwa bahawa dinasabkan kepada Hizam bapa kepada Hakim Ibn Hizam radhiallahu'anhu."

Tatkala umurnya mencapai 19 tahun bapanya menghantar beliau menetap di Damsyik, kemudian menetap di Madrasah Arrawaahiyah, seperti dunyatakan sebelum ini, maka beliau mula mendalami bidang ilmu di sana selama dua tahun tanpa sempat berehat sedikitpun. Pada waktu itu beliau telah menghafaz at-Tanbih dan satu perempat (1/4) daripada al-Muhazzab. Pada tahun 650 H beliau telah meneliti dan mensyarahkan karangan gurunya Kamaluddin Ishak Ibn Ahmad al-Maghiri. Ketekunan beliau membuatkan gurunya merasa kagum dan suka terhadapnya lalu meminta agar beliau menyampaikannya kepada orang lain. Ini membuatkan bertambah banyak manfaat beliau kepada selainnya. Beliau menyibukkan diri di dalam bidang ilmu lebih kurang 20 tahun lamanya sehingga beliau mengatasi pelajar-pelajar yang lain sama ada dari segi ilmu mahupun amalnya. Beliau mula menulis pada tahun 660 H sehinggalah kewafatannya.

Beliau banyak membaca karangan dan penulisan ulama-ulama yang terdahulu dan mula mentashih (memperbetulkan). Dikatakan setiap hari sebanyak 12 pelajaran; dua pelajaran di dalam bidang al-wasith, satu di dalam bidang al-Muhazzab, satu di dalam al-Jam'u Baina Shahihain, satu di dalam Shahih Muslim, satu di dalam kitab al-Luma', satu di dalam Ishlaahul Mantiq, satu di dalam at-Tashrif dan satu pelajaran lagi di dalam Usul al-Fiqh.

Seterusnya beliau mula serius di dalam ilmu perubatan lalu membeli buku al-Qanun karangan Ibn Sina dan berazam menelitinya. Beliau berkata: "Pernah satu hari aku tidak mampu menyibukkan diriku dengan perkara yang lain. Aku terfikir tentang hal diriku untuk meyemak ilmu perubatan. Terus aku membeli kitab Qanun dan menceriakan hatiku dengannya."

Guru-Gurunya:

Beliau mendengar Shahih Muslim daripada ar-Redha Ibn al-Burhan. Beliau mendengar Shahih al-Bukhari dan Musnad Ahmad serta Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasai, Sunan Ibn Majah, Jami' at-Tirmizi, Musnad as-Syafi'i, Sunan ad-Daruquthni, kemudian mendyarahkan hadis serta perkara lainnya dari himpunan karangan ulama-ulama pada zamannya. Antara guru-gurunya ialah Ibn Abdul Daayim, Zain Khalid, guru yang telah lanjut usia iaitu Syarifuddin Abdul Aziz, Qadhi Imaduddin Ibn al-Harastani, Ibn Abil Yusri, Yahya as-Shairafi, as-Shidrul Bakri, Syeikh Shamsuddin Ibn ABi Umar dan golongan yang setaraf dengan mereka.

Beliau mengambil ilmu hadis dari kumpulan huffaz yang miskin kemudian membaca kitab al-kamal oleh Abdul Ghani ali bil Baqa' Khalid Annablusy dan mensyarahkan Shahih Musim serta kebanyakan dari Shahih al-Bukhari dengan maknanya. Beliau mengambil ilmu fiqh dari Qadhi Abil Fath At-Tafliisy dan mendalaminya bersama Imam Kamaluddin Ishak al-Maghribi, Imam Shamsuddin. Abdul Rahman bin Nuh dan Izzuddin Umar Ibn As'ad al-arbali.

Murid-murid yang mengambil ilmu daripadanya ialah: Qadhi Shadruddin Sulaiman iaitu khatib di Daariya, Syeikh Syihabuddin Ibn Ja'wan Syeikh 'Alaudin Ibn Attar, Iminuddin Salim, Qadhi Syihabuddin Ibn Ja'wam, syeikh 'Alauddin Ibn Attar, Aminuddin Salim, Qadhi Syihabuddin al-Arbadi, Ibn Attar, Madzi, Ibn Abil Fath dan selainnya.

Akhlaknya:

Imam al-Asnawi berkata: "Sesungguhnya (an-Nawawi) rahimahullah memainkan peranan yang sangat banyak di dalam amalnya. Seorang yang zuhud, sabar dengan karenah kehidupan dan beliau tidak suka makan buah-buahan Damsyik kerana merasakan ia mengandungi syubhat dan menyebabkan mengantuk. Beliau hanya makan apa yang datang dari kedua ibu bapanya dan tidak makan kecuali sekali sehari sahaja iaitu selepas Isyak dan tidak makan kecuali sekali sekala sahaja iaitu selepas Isyak dan tidak minum melainkan sekali sahaja ketika waktu sahur. Beliau juga tidak minum melainkan sekali sahaja ketika waktu sahur. Beliau juga tidak minum ais sebagaimana dibuat oleh kebanyakan penduduk Syam. Beliau tidak berkahwin kerana kesibukan menunaikan ibadat dan menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran di depan para pemerintah."

Hasil Karangannya:

Allah telah memberikan banyak manfaat kepada kaum muslimin seluruhnya dengan hasil penulisan beliau. Ia tersebar di seluruh pelusuk dunia dengan memainkan peranan yang amat penting di dalam ulum syariah. Di antara karangan beliau ialah:

  1. Al-Arbaun an-Nawawiyah di dalam hadis.
  2. Al-Irsyad fi Usul Hadis.
  3. Al-Irsyaadat Ilaa Bayanul Asma' al-Muhimmat fil Mutun al-Asanid.
  4. Al-Usul wa ad-Dhawabit Fil Mazhab.
  5. Al-'Idhah Fi Manasik AlHajj.
  6. Bustanul 'Aarifin Fi at-Tasawwuf.
  7. Attibyan Fi Aadab Hamalatal quran.
  8. At-Tahrir Fi Syarhi at-Tanbih Li Abi Ishak as-Syiiraazi.
  9. Tuhfat at-Tholib Annabih Fi Syarhi at-Tanbih.
  10. Tuhfah al-Waalid wa Bughyatur Ra'id.
  11. Kitabul Tahqiq.
  12. At-Tarkhis Fi Ikraam Bilqiyam Lizawil Fadhl Walmaziyyah Min Ahlil Islam.
  13. At-Taqrib wa at-Taysir Lima'rifati Sunannul Basyir An-Nadzir.
  14. Taqribul Irsyad Ilaa Ilmul Isnad.
  15. Tahziibul Asma' wal Lughat.
  16. Al-Adzkar wa Ismuhu BilKaamil (Haliyyatul Abrar wa Syiaarul Akhbar Fii Takhlisi Ad-Da'waat wa al-Adzkar).
  17. Khulasatul Ahkam Fii Muhimmat as-Sunan wa Qawa'idul Islam.
  18. Ruhul Masaail Fil Furu'il Fiqh.
  19. Raudhatut Tholibin wa Umdatul Muttaqin.
  20. Riyadhus Shalihin.
  21. Syarhul Jaami' As-Shahih Lil al-Bukhari Ilaa Akhir Kitabul Iman.
  22. 'Uyuunul Masaail al-Muhimmah dikenali juga dengan nama 'Uyuunul Masail wal Fawaa'id.
  23. Ghaisu an-Naf'i Fil Qiraat as-Sab'ah.
  24. Fadhul Qiyam Li Ahlil Ilmi wal Hadis wa Az-Zuhdi wa' 'Ibad wa As-Shulaha' wal Qurra' Min Ahlil Islam.
  25. Al-Mubham 'Ala Huruful Mu'jam.
  26. Al-Majmu' fi Syarhi Muhazzab Li Abi Ishaq As-Syirazi.
  27. Mir'atuz Zaman Fi Tarikhil A'yan.
  28. Manasikil Hajj Sughra wa Wustha wa Kubra.
  29. Al-Manthurat wa 'uyunul masa'l.
  30. Al-Minhaj Li Syarhi Shahih Muslim Ibn Hajjaj.
  31. Minhajut Thalibin Fil Furu'.
  32. Thabaqatul Fuqaha'.
  33. Ad-Daqaiq 'Alal Minhaj. Tashihut Tanbih.
  34. Tashihut Tanbih.
  35. Al-Mubhamat.
  36. Al-Maqasid.
  37. Manaqib Syafi'i.
  38. Mukhtasar Bayan.
  39. Manarul huda Fil Waqfi wa Ibtida (Tajwid).
  40. Syuruthus Solah.
  41. At-Tahqiq kebanyakannya telah disebut di dalam Syarhi Muhazzab.
  42. Al-Muntakhab fi Mukhtasar at-Tahzib lil Rafi'i.
  43. Ru'usul Masa'il.
  44. Mukhtasarul Muharrir Li Muhammad Rafi'i.
  45. Muqaddimah fil Fiqh.
  46. Mukhtasar Shahih Muslim.
  47. Talkhis Gharib Muslim.
  48. Tahsilul Manafi' Min Kitab Durar Allawami' fi Ashli Maqra' Imam Nafi'.
  49. Mukhtasar Kitab Al-Irsyadul lahu.
  50. Hamlatul Quran wa Umdatul Muftin. Dan banyak lagi.

Kewafatan An-Nawawi Rahimahullah:

Beliau rahimahullah meninggal dunia di Nawa di sisi ahli keluarganya pada suku malam yang terakhir hari Rabu bersereramaan 24 Rejab 676 H dan dikebumikan di situ pada keesokan hariannya. Setelah berita kematiannya tersebar, seluruh penduduk Damsyik dan sekitarnya berdukacita dan menangisi pemergiannya. Ia meninggalkan kesedihan yang mendalam dalam hati kaum muslimin. Al-Qurthubi al-Yunani berkata: "Ketika tersebar berita kematian beliau di Damsyik, terus ketua hakim berita kematian beliau di Damsyik, terus As-Sha'igh bersama sekumpulan sahabat-sahabatnya ke Nawa untuk menunaikan solat jenazah di kuburnya."

Sesungguhnya (Imam Nawawi) rahimahullah berdoa agar beliau meninggal dunia di tanah Palestin maka Allah telah mengabulkan dunia di tanah Palestin maka Allah telah mengabulkan permintaannya. Beliau terus mengingati di dalam rangkap Ibn Zhahir yang mengungkapkan di dalam qasidahnya yang panjang di awalnya:

((Moga Allah merahmati Imam An-Nawawi dan memberikannya ganjaran yang setimpal di atas kebaikan yang dilakukan untuk kaum muslimin dan meletakkan segala hasil usahanya, penulisannya dan kitab-kitabnya di atas timbangan kebaikan agar bertambah berat dan diberkati.))

Untuk maklumat lanjut (tentang biografi beliau) sila rujuk:

  1. Kasyfuz Zunun oleh Hajiy Khalifah.
  2. Tarikh Al-Mudarris oleh an-Naiimy.
  3. Tabaqat Syafi'iyyah oleh Al-Asnawi.
  4. Fuwwatul waafiyat wazailuha oleh Ibn Syakir al-Kutubiy.
  5. Al-Bidayah wan Nihayah oleh Ibn Katsir.
  6. Husnul Muhadharah oleh As-Suyuti.
  7. Hadiyyah Al-'Arifin oleh Al-Baghdadi Basya.
  8. Mu'jam Muallifin oleh Umar redha Kuhalah.
  9. Al-Fathul Mubin Syarah Riyadhus Shalihin oleh Taha Abdur Rauf Sa'ad.
  10. Syazarat Azzahab oleh Ibnul Imad Al-Hanbali.
  11. Al-Mawsu'at A-Zahabiyyah Lil Ulum Al-Islamiyyah oleh Dr. Fatimah Mahjub.
  12. Al-Mawsu'at Al-Arabiyah Al-Muyassarah.
*(Biografi ini dinukil dari "Syarah Riyadhus Shalihin" oleh Syaikh Muhammad Shalih al-Uthaimin, yang diterjemahkan oleh Rosmalizawati Ab Rashid, hal 65-71)